Kamis, 22 September 2016

SISTEM PENDIDIKAN TOP-DOWN (ARTIKEL 1)



Sistem Pendidikan Top-down
            Dalam kehidupan kita pasti sering mendengar istilah pendidikan. Pendidikan bukanlah hal yang asing, sehingga menjadi sesuatu yang perlu diketahui. Pendidikan bukan hanya untuk diketahui, melainkan dengan memahami dan menjalankan prosesnya. Secara bahasa, pendidikan dapat diartikan sebagai proses perubahan sikap atau tingkah laku seseorang atau kelompok yang dilakukan secara sadar dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan. Selama ini masih banyak orang yang mempunyai pemikiran bahwa pendidikan hanya didapatkan dalam lingkup sekolah maupun perguruan tinggi. Namun pendidikan pertama kali didapatkan dalam lingkup keluarga dan juga lingkungan. Dalam lingkup keluarga dan lingkungan, seorang anak akan belajar tingkah laku (etika atau sopan santun) serta dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Sedangkan dalam lingkup sekolah, seorang anak akan mendapat ilmu pengetahuan yang lebih kompleks. Dalam sekolah juga terdapat peran yang sangat penting dalam pembelajaran yaitu guru (pendidik) dan juga peserta didik.
            Pendidikan yang berlangsung disekolah terkadang mempunyai sistem pendidikan yang berbeda, salah satunya adalah sistem pendidikan top-down (dari atas ke bawah). Sistem pendidikan top-down adalah sistem dimana para peserta didik dianggap sebagai manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru hanya sebagai pemberi arahan kepada peserta didik untuk menghafal apa isi pelajaran. Guru sebagai peran penting bagi peserta didik sehingga peserta didik  sulit untuk mengembangkan pemikiran dari apa yang telah disampaikan oleh guru. Otak peserta didik hanya dipandang sebagai ruang penyimpanan sementara, dimana pengetahuan guru ditransfer ke dalam otak peserta didik dan peserta didik hanya dapat menampung apa saja yang disampaikan guru. Sistem pendidikan top-down ini sangat tidak efektif dan efisien, karena sistem pendidikan top-down sangat menindas hak para peserta didik. Peserta didik hanya menerima sajian pembelajaran tanpa dituntut untuk mengembangkan materi yang telah disiampaikan. Peserta didik hanya akan mematuhi dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh guru, tanpa berfikir manfaat yang didapatkan pada saat proses pembelajaran. Sehingga guru atau pembimbing akan berfikir bahwa peseta didik tidak bisa memahami apa yang telah diperintahkan guru. Jika dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan sistem pendidikan top-down maka peserta didik hanya siap untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bersikap dan berfikir kritis. Sistem pendidikan top-down ini membuat peserta didik tidak dapat bersikap mandiri, peserta didik hanya mengandalkan bimbingan dan arahan yang diberikan seorang guru, sehingga ilmu yang didapat hanya terfokus pada informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa mempelajarinya lebih dalam atau detail.
         Dalam mengatasi permasalahan seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya dengan menggunakan sistem pendidikan top-down, guru sebaiknya perlu meningkatkan kualitasnya dengan cara melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar guru tentang pendidikan dan cara menyampaikan materi secara efisien kepada peserta didik. Guru sebaiknya menyampaikan materi tidak hanya dengan ceramah. Guru juga dapat menyampaikan materi yang diberikan dengan bantuan alat peraga atau media lainnya. Hal ini akan membantu peserta didik menangkap materi yang diberikan guru dengan mudah.
Seharusnya peserta didik tidak hanya bergantung pada guru, peserta didik harus mampu menangkap, berfikir dan mengembangkan materi yang telah disampaikan oleh guru. Jika guru telah menyampaikan materi secara efisien dan peserta didik belum mampu menangkap materi serta peserta didik tidak berusaha untuk dapat menangkap materi yang telah disampaikan guru maka  prestasi peserta didik akan rendah. Sistem pendidikan top-down sangat tidak efisien, karena guru tidak membebaskan peserta didik dalam berfikir kritis. Sebagai guru tidak semestinya untuk memandang rendah peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar